iftitah SMP SMK Galery Artikel




LINGKARAN SETAN UN

Posted on March 17 2009 by fatkoer
UASBN dan UN merupapakan dua istilah yang tidak asing dalam dunia pendidikan. UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) dan UN (Ujian Nasioal) merupakan agenda tahunan dalam dunia pendidikan. Walaupun sampai saat ini masih kontroversial UASBN dan UN tetap dilaksanakan. UASBN dan UN dilaksanakan dan dikendalikan oleh suatu badan yang disebut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Khusus untuk UN ada standar yang ditetapkan oleh BSNP, sehingga siswa peserta UN dapat dikatakan lulus. Salah satu standar yang ditetapkan adalah rata-rata yang harus dicapai oleh peserta UN. Misalnya pada dua tahun yang lalu rata-rata ini adalah 5,00, sedangkan satu tahun yang lalu 5,25, dan tahun ini 5,50. Angka rata-rata ini disikapi oleh sekolah-sekolah. Ada sekolah yang menyikapi bahwa angka ini bukan masalah, artinya siswa-siwanya diyakini akan mampu mencapai angka ini. Ada juga sekolah yang merasa ketakutan dengan angka ini, terutama sekolah pinggiran, yang fasilitasnya dan tenaga pendidiknya belum standar.
Dari sekolah yang ketakutan ini ada yang melakukan sesuatu di luar koridor yang telah ditetapkan oleh BSNP, agar siswanya lulus 100%. Sekolah yang jenis seperti ini tidak sedikit jumlahnya. Kebetulan saya mengajar di sekolah pinggiran. Jadi saya banyak tahu sekolah-sekolah yang sejenis ini. Yang saya maksud melakukan sesuatu di luar koridor yang telah ditetapkan oleh BSNP, apa maksudnya? Tegasnya mereka melakukan kecurangan, artinya soal-soal UN sebelumnya sudah dikerjakan oleh guru, kemudian jawabannya itu diberikan kepada siswa. Memang selama ini kita belum dapat mendapat bukti dengan cara tertangkap tangan pelaku-pelaku semacam ini, akan tetapi dari indikasi menunjukkan bahwa kecurangan ini benar-benar terjadi.
Mari kita berpikir!
Indikasi 1
Biasanya sebelum UN berlangsung, sekolah-sekolah mengadakan uji coba. Dari hasil uji coba yang dilakukan beberapa kali persentase angka kelulusan uji coba tidak sampai mencapai angka 25%. Saya tegaskan ini yang terjadi di sekolah pinggiran, bukan di kota yang fasilitasnya lebih baik. Anehnya sekolah-sekolah semacam ini dapat mencapai angka kelulusan 100% dalam UN. Masuk akalkah?
Indikasi 2
Kita bandingkan 2 (dua) sekolah, katakanlah sekolah A yang fasillitasnya jauh lebih baik dari sekolah B (terletak di pinggiran, bahkan pelosok). Ternyata, persentase kelulusan sekolah B lebih baik dari sekolah A. Masuk akalkah?
Dari dua indikasi di atas kita mestinya dapat berpikir, bahkan menyimpulkan bahwa terjadi sesuatu (baca: kecurangan) dalam pelaksanaan UN.
Lingkaran Setan 1
Ketika BSNP menetapkan angka stndar (dinyatakan dalam rata-rata) 4,50, sekolah yang “ketakutan” , melakukan tindakan dengan cara “membantu” siswa dalam mengerjakan soal UN, sehingga siswanya lulus 100%. Kemudian BSNP memandingkan daya serap nasional tahun lalu dengan tahun sekarang, ternyata ada peningkatan, akibatnya standar dinaikkan menjadi 5,00. Ketika angka standar mencapai 5,00 (naik) maka “bantuan” juga ditingkatkan, Karena banyak sekolah yang menigkatkan bantuan, maka daya serap nasional juga pasti naik. Akibatnya BSNP meningkatkan lagi standar menjadi 5,25. Sekolah meningkat ketakutannya, “bantuan” pun ditingkatkan lagi (agar lulus 100%). Akibatnya lagi, daya serap nasional meningkat lagi. Akibatnya BSNP lagi-lagi meningkatkan standar 5,50. Akibatnya lagi, sekolah meningkat lagi “ketakutannya”. Sudah bisa diduga, “bantuan” juga ditingkatkan. Akibatnya daya serap nasional meningkat, BSNP meningkatkan standar, ketakutan naik, bantuan naik, daya serap naik, standar naik. Ini merupakan siklus, yang saya sebut lingkaran setan 1. Suatu saat angka standar naik sampai 9,00 misalnya. Akan tetapi sekolah yang melakukan “bantuan” ini tidak akan menigkat kualitasnya.
Lingkaran Setan 2
Sekali lagi ini ini yang terjadi di sekolah pinggiran (ini pun tidak semua sekolah, tetapi yang jelas ada). Ada sekolah yang sudah biasa, setiap tahun melakukan “bantuan”. Ketika UN berakhir, anak pasti cerita, entah kepada orang tunya, kepada temannya, kepada adik kelasnya bahwa mereka dibantu oleh guru dalam menjawab soal-soal UN, sehingga bukan rahasia lagi hamper seluruh siswa mengetahui bahwa siswa pesrta UN dibantu oleh guru dalam mengerjakan soal-soal. Adik kelasnya juga mendengar berita ini. Tahun depan si adik kelas ini tentunya mengikuti UN. Adik kelas ini sudah melekat di otaknya bahwa nantinya akan dibantu oleh guru ketika mengikuti UN. Akibatnya lagi dia malas belajar. Kemudian seperti biasa menjelang UN, sekolah mengadakan ujicoba, sampai 3 (tiga) kali, persentase kelulusan uji coba tidak sampai 10% bahkan 0% (rendah sekali), salah satu sebabnya adalah dalam otak siswa sudah terekam bahwa nanti pasti akan dibantu oleh guru, karena dapat cerita dari kakak kelasnya dan nyatanya kelulusan tipa tahun 100%. Akibatnya menurunkan motivasi belajar (kalau tidak boleh dibilang malas). Karena persentase kelulusan uji coba rendah, sekolah “ketakutan”, maka sekolahpun melakukan aksi “bantuan”. Berita ini tersebar ke adik kelas, sehingga adik kelas malas belajar ketika suatu saat nanti menghadapi UN. Akibatnya daya serap rendah, akibatnya lagi sekolah melakukan “bantuan”. Berita ini tersebar ke adik kelas. Ini saya sebut lingkaran Setan 2.
Pertanyaan kita, mau dibawa ke mana pendidikan kita ini, kalau seandanya banyak sekolah yang melakukan lingkaran setan ini? Standar tiap tahun meningkat, apakah kualitas juga meningkat seiring dengan meningkatnya standar? Kalau nanti angka standar sudah mencapai angka 9,00 apakah kualitas pendididikan juga naik setara dengan standarnya?
Himbauan Untuk Guru Yang Suka “Membantu” Siswa dalam UN
1. Membantu siswa dalam UN berarti guru menjawab soal sebelum UN berlangsung. Ini berarti membocorkan Rahasia Negara. Ini tindakan kriminal berat, yang bisa berhadapan dengan hukum. Ingat! Tiap tahun selalu saja terjadi guru kesandung kasus semacam ini. Bila Anda tetap melakukan hal ini, bukan mustahil Anda akan ikut tersandung.
2. Membantu siswa dalam UN adalah tindakan pembodohan, karena hal ini dapat membuat anak malas belajar, akibatnya kualitas pendidikan sulit akan meningkat.
3. Memantu siswa dalam UN ditinjau dari kaca mata agama juga merupakan tindakan tidak terpuji.
Saran Untuk BSNP
Walaupun tidak didengar oleh BSNP, tidak ada salahnya saya mengajukan saran. UN memang harus dilaksanakan, sesui dengan standar penilaian yang telah ditetapkan oleh BSNP, namun peruntukannya yang mungkin perlu ditinjau lagi. Karena yang menentukan kelulusan siswa ditentukan oleh BSNP, maka banyak sekolah yang merasa ketakutan, atau khawatir siswanya banyak yang tidak lulus. Coba kita pikirkan sekolah yang gurunya tidak lengkap, fasilitasnya tidak lengkap, kesadaran orang tua terhadap pendidikan masih rendah, sekolah terletak di daerah terpencil, angka standar kelulusaanya disamakan dengan sekolah yang sudah maju, semisal sekolah di Jakarta. Dari ulangan harian, guru-guru di sekolah seperti ini sudah mengetahui daya serapnya. Kalau dari ulangan harian siswa yang tuntas tidak sampai 25%, apalagi menghadapi UN. Wajar saja mereka “ketakutan”, akibatnya melakukan aksi “bantuan” ketika UN. Sekolah yang fasiltas dan segala macamnya masih di bawah standar masih banyak, dengan demikian aksi “bantuan” juga banyak terjadi. Akibatnya angka daya serap yang masuk ke BSNP sifat menipu

Sekapur Sirih


Assalamu'alaikum wr.wb.
Alhamdulillah, pembangunan spirit kepedulian terhadap pendidikan peradaban bangsa bisa tetap dirasakan sampai saat ini yaitu lima belas abad setelah nabi terakhir Muhammad menggelorakan pentingnya pembangunan manusia secara seutuhnya. hal ini terjadi atas perjuangan gigih para nabi sejak Adam. Dasar-dasar perencanaan pendidikan dapat kita peroleh dari siroh rasul Muhammad SAW. Beliau kita percaya sebagai seorang yang sangat jujur sehingga dijuluki al-amin serta mempunyai program-program yang terencana yang setiap langkah dilaluinya dengan shalat dan kesabaran. Pada kesempatan ini pun maka patutlah kiranya kita menyampaikan shalawat dan salam untuk nabi Muhammad SAW.

Bagai sebutir pasir di pantai, peran Bustanul 'Ulum terhampar pada luasnya peran serta fungsi pemerintah dan organ-organ peduli pendidikan lainnya. Sejak krisis moneter 1998, Bustanul 'Ulum berusaha membangun gerakan moral pendidikan dengan meyelenggarakan pendidikan bebas beban biaya melalui manajemen nurani pendidikan. Hal ini dimaksudkan secara sinergi untuk memperoleh pola pendidikan bangsa yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan yang mampu hidup secara normal, duduk sama rendah berdiri sama tinggi dan mempunyai kemampuan individual maupun kolektif berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan akhirat.
Kekerdilan lahan yang dimiliki dibandingkan dengan rencana kegiatan telah memberikan inspirasi untuk membentuk suatu kawasan inkubator pendidikan bebas beban biaya. Secara singkat dan mudah maka kawasan tersebut dinamakan 'BUKIT' yang merupakan kependekan dari "Bustanul 'Ulum Kawasan Inkubator Terpadu".
Setiap tempat mempunyai keistimewaan tersendiri, BUKIT berada di daerah dataran tinggi Bandung Utara, dengan tipikal pedesaan dan pertaniaan sempit. Yang menarik kondisi seperti ini berada hanya sekitar 10 km dari Gedung Sate dan pusat Kota Bandung.
Akhirnya dengan kesahajaan pengelolaan dan fasilitas, BUKIT membuka diri menjadi mitra umat untuk bersama-sama membangun proyek dunia-akhirat manajemen pendidikan yang diistilahkan dengan "manajemen nurani pendidikan". Keterbukaan pintu dan jendela BUKIT untuk menerima saran, nasehat, kritik membangun bahkan bantuan moral maupun material secara berkelanjutan mengingat proses aktualisasi pendidikan tidak berlimit hingga akhir zaman.
Wassalamu'alailum wr.wb.